Teori Atom
Sangat sering, bahkan terlalu sering… Sebuah kata
ini sudah ibarat udara yang selalu hadir bagi kita. Atom, kata yang pendek ini
memiliki makna yang sangat ganda tergantung persfektif yang kita pakai. Mungkin
bagi orang awam, kata ini berbahaya, erat kaitannya dengan “Bom”. Setidaknya
itulah informasi yang aku peroleh ketika menyempatkan diri untuk bertanya
kepada beberapa orang di sekitarku. Bahkan ada jawaban yang membuat aku merasa
geli, logam. Well, aku tidak
menyalahkan mereka, walau kuakui aku tersenyum masam juga karenanya.
Tokoh yang dikenal oleh khalayak sebagai pencetus
teori atom adalah Dalton, walau sebenarnya aku beritahu sekarang, justru jauh
sebelumnya oleh Democritus. Aku ulas
sedikit mengenai Democritus (kira-kira
460-370 SM) yang telah memperkenalkan istilah atom untuk pertama kalinya. Dia
berasal dari kota kecil Abdera di
pantai utara Aegea. Democritus percaya bahwa perubahan- perubahan alam tidak
mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa segala sesuatu sungguh-sungguh
“berubah”. Oleh karena itu dia beranggapan bahwa segala sesuatu dibuat dari
balok-balok tak terlihat yang sangat kecil, yang masing-masing kekal dan abadi,
yang kemudian unit-unit terkecil ini dinamainya sebagai “Atom”.
Kata a-tom berarti
“ tidak dapat dipotong ”. Bagi Democritus adalah sangat penting
menekankan bahwa bagian-bagian pokok yang membentuk segala sesuatu tidak
mungkin dibagi secara tak terhingga menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Jika
atom selamanya dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, alam akan
hancur bagaikan sup yang kebanyakan air. Dia percaya bahwa semua atom itu keras dan padat. Namun mereka
tidak mungkin sama, karena jika semua atom identik, maka kita akan bingung
bagaimana atom – atom dapat menyatu untuk membentuk segala sesuatu sejak dari
bunga madat dan pohon zaitun hingga kulit kambing dan rambut manusia.
Democritus percaya bahwa alam teridiri dari
atom-atom yang jumlahnya tak terhingga dan beragam. Sebagian bulat dan mulus,
yang lain tak beraturan dan bergerigi. Karena saling berbeda, mereka dapat
menyatu menjadi bentuk yang berlainan, namun, meskipun jumlahnya tak terbatas,
mereka semua kekal, abadi dan tak terbagi.
Jika sebuah benda ----- sebuah pohon atau seekor
binatang misalnya – mati dan hancur, atom-atomnya terurai dan digunakan lagi
untuk membentuk benda-benda lain. Atom bergerak acak di angkasa, tetapi karena
mempunyai “kait” dan “mata kait” mereka dapat menyatu untuk membentuk segala
macam benda yang kita lihat di sekeliling kita. Tapi semua hal ini membuatku
berpikir, sebuah atom Hydrogen dalam
sebuah sel di ujung hidungku dulu pernah menjadi bagian dari belalai seekor
gajah. Sebuah aton Carbon di otot
jantungku pernah berada di ekor dinosaurus.
Namun berikutnya, para ilmuwan telah menemukan bahwa
atom dapat di pecah menjadi “partikel elementer” yang lebih kecil. Kita
menyebut partikel elementer ini proton,
neutron dan elektron. Akan tetapi menurutku, mereka mungkin – suatu hari
nanti, dapat dibagi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil lagi.
Aku tetap menganggap Democritus ajaib. Dia tidak memiliki peralatan elektronik modern. Satu-satunya
peralatan yang dimilikinya adalah otaknya. Namun penalaran membuatnya tidak
mempunyai pilihan. Begitu diterima bahwa tidak ada sesuatu yang dapat
diciptakan dan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat hilang, maka kesimpulannya,
alam terdiri dari balok-balok sangat kecil yang dapat menyatu dan memisah lagi.
Dan justru menurut Democritus, tidak ada “desain” yang disengaja dalam gerakan atom.
Di alam segala Sesuatu terjadi secara mekanis saja. Ini berarti bahwa segala
sesuatu terjadi secara acak, atau segala sesuatu mau tak mau mematuhi
hukum-hukum yang pasti. Segala sesuatu terjadi mempunyai penyebab alamiah,
yaitu penyebab yang menyatu dalam benda itu sendiri.
Teori atom juga menjelaskan persepsi indra kita, setidaknya itulah pemikiran Democritus. Jika
kita merasakan sesuatu, itu karena gerakan atom di angkasa. Ketika aku melihat
bulan, itu karena “atom-atom” bulan menyusupi mataku.
Mungkin akan timbul pertanyaan bagi kita, “ bagaimana
dengan jiwa?” mestinya tidak mungkin ia terdiri dari atom, dari benda-benda
material? Tentu saja mungkin. Menurut Democritus, jiwa terdiri dari “atom-atom
jiwa” yang halus dan bulat. Jika seorang manusia meninggal, atom-atom jiwa
terbang ke segenap penjuru, dan selanjutnya dapat menjadi bagian dari formasi
jiwa yang baru. Tetapi bagiku, justru bagian inilah yang membuatku menjadi
ragu. Ya, ragu dengan teori atom Democritus. Mungkin suatu saat nanti, akan ada
teori yang bisa menjelaskan bagian atom dari “si jiwa” tersebut. Dan jika
keadaannya sudah seperti ini, aku akan lebih suka kembali kepada kitabku.
Aku tidak menyalahkan siapapun. Sungguh!
Aku hanya – memiliki keyakinan tersendiri mengenai
teori ini. Atau mungkin suatu saat nanti aku akan memiliki teori sendiri yang
akan di bahas orang-orang. Walau saat ini aku harus ikut serta – wajib membahas
teori Democritus, tapi suatu saat nanti, mungkin giliran teoriku yang wajib di
bahas oleh orang lain.
Tulisan ini hanyalah segelintir dari teori atom yang
sebenarnya “wajib” ku bahas – kujelaskan kepada murid-muridku. Well, masih
banyak teori-teori atom yang menungguku, untuk kubahas bersama anak didikku.
“All is well”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar